RSS

About

Senin, 15 Maret 2010

Concept Pictures: When Nokia Aeon and iPod Nano meet





kalo ini terjadi juga... tetap maseh lebih keren konsep nokia 888...=)

Semoga yang kutunggu-tunggu itu datang juga...



Perasaan baru 2 bulan yang lalu pak iwan krisnadi (dosen hukum dan regulasi telekomunikasi saat itu) mencoba menghibur kami dengan video seru tentang teknologi HP ke depan agar kami tidak tertidur saat dy mengajar...saat menonton video itu, terbersit dalam benakku bahwa itu semua hanya khayalan belaka...

Hari ini tgl 16 maret 2010 hari selasa tepat jam 2 pagi, g bisa tidur lagi oleh karena kebangun sms dari sang kekasih hati...

iseng2 buka kaskus, sambil nyari2 ide buat jurnal buat tugas, kemudian saya membaca tread ttg nokia aeon...yang katana nokia pertama yang sudah memakai windows mobile...tapi saya tidak tahu pasti dikarenakan saat saya mencoba menanyakan pada mbah google ttg spesifikasi hp itu, dy tidak memberikan saya link web yg tepat ( tidak memberi atau saya yang tidak jeli y?)

karna penasaran akan fisik dan performasinya, maka saya search juga di om youtube...akirna dapatla saya link ini...http://www.youtube.com/v/f5jPtUym7oc

kemudian saya mencoba melihat tread lain yg saling berhubungan dengan nokia aeon...saya terperanjat dengan thread "nokia 888 concept phone" yang dulu hampir mirip dengan video yang dulu pernah di infokan oleh pak iwan...ada pada tread "Nokia Morph Concept phone" hanya disini maseh animasi. sedangkan pada thread "nokia 888 concept phone" model dan hpnya sudah fisik asli bukan lagi animasi...

semoga dengan adanya info ini, temen2 mengetahui bahwa era hp baru bakal muncul...jadi kalo saat ini ada hp yg hargana uda kaya harga motor, mending jgn beli deh...karna ke depan na jatuh...apabila hp ini bener2 terealisasi dan negara kita sebagai salah satu pangsa pasarnya...

karena berdasarkan info yang saya dapat dari bbrp link web, indonesia adalah salah satu komsumsi hp terbesar diantara negar2 berkembang...disini saya tekankan berkembang...bukan negara maju...bbrti agan2 da pada tau dunk ya...

semoga blog entri saya yang satu ini bisa memberi inspirasi buat anda semua...=)


Minggu, 14 Maret 2010

Evolusi Teknologi wireless menuju 3.9G or 4G?






Apa seh isinya Siaran Pers No. 200/PIH/KOMINFO/10/2009 ???



(Jakarta, 18 Oktober 2009). Departemen Kominfo, khususnya Ditjen Postel mulai tanggal 16 Oktober 2009 s/d. 30 Oktober 2009 melalui Pengumumannya No. 1409/T/DJPT.4/KOMINFO/10/2009 yang ditanda-tangani olehTulus Rahardjo selaku Direktur Pengelolaan Spektrum Frekuensi Radio Ditjen Postel telah mengadakan konsultasi publik terhadap “ White Paper ” penerapan biaya hak penggunaan berdasarkan lebar pita (BHP Pita) pada penyelenggara telekomunikasi seluler dan fixed wireless access (FWA) . White paper ini merupakan draft kebijakan pemerintah yang disusun dalam rangka perubahan tarif BHP dari yang sebelumnya berdasarkan ISR menjadi berdasarkan lebar pita frekuensi (BHP Pita). Terhadap dokumen ini dibuka kesempatan bagi masyarakat umum khususnya yang berkaitan langsung maupun tidak langsung dengan substansi masalahnya untuk menyampaikan tanggapan, kritik, saran, koreksi dan usulan lainnya bagi penyempurnaan konsep kebijakan ini sebelum ditetapkan menjadi suatu regulasi dengan kekuatan hukum tetap. Tanggapan tersebut dapat disampaikan dengan menggunakan formulir yang sudah disediakan dan dikirimkan via email melalui alamat: gatot_b@postel.go.id dan denny@postel.go.id serta secara legal-formal dapat juga disampaikan hard-copy-nya langsung ke Direktorat Pengelolaan Spektrum Frekuensi Radio, Jl. Medan Merdeka Barat No. 17, Jakarta 10110, Telp: 3835963; Fax: 3522915.

Kebijakan penyusunan white paper ini dilatar-belakangi oleh suatu kondi si bahwasanya spektrum frekuensi adalah suatu sumber daya alam yang terbatas, sangat vital dan merupakan aset nasional yang memerlukan kehati-hatian dalam mengaturnya. Pengalokasian dan penetapan spektrum frekuensi merupakan elemen inti dari suatu kegiatan manajemen spektrum frekuensi, dimana pentahapan-pentahapannya menentukan suatu perencanaan dan pendistribusian ketersediaan spektrum frekuensi untuk berbagai keperluan, untuk kemudian menentukan jumlah dari izin yang diterbitkan. Salah satu dari perbedaan-perbedaan yang menimbulkan perdebatan panjang adalah terkait dengan alokasi spektrum dimana ujung akhirnya adalah keadilan tarif izin spektrum. Di Indonesia sistem pentarifan Biaya Hak Penggunaan (BHP) frekuensi untuk penyelenggaraan telekomunikasi seluler sebelum dikeluarkannya P P No. 28 tahun 2005 tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang b erlaku pada Departemen Komunikasi dan Informatika, memiliki skema pentarifan yang belum optimum dalam mendukung industri telekomunikasi di Indonesia khususnya telekomunikasi seluler. Struktur pentarifan BHP frekuensi dirasakan kurang proposional dan tidak memberikan insentif bagi pengguna spektrum yang efisien, belum dapat mengikuti setiap perkembangan kemajuan teknologi komunikasi radio. Selanjutnya PP No. 28 tahun 2005 diperbaharui dengan PP No. 27 tahun 2009.

Dengan melihat dinamika industri telekomunikasi yang terjadi saat ini, skema tarif BHP frekuensi yang diharapkan :

  1. Mencerminkan biaya pengelolaan spektrum frekuensi yang sebanding dengan manfaat ekonomi bagi penyelenggara.
  2. Menerapkan penggunaan spektrum frekuensi secara efektif dan efisien.
  3. Memiliki formula tarif BHP yang sederhana, mendorong penyelenggara untuk meningkatkan kualitas layanan melalui optimalisasi jaringannya, netral terhadap teknologi dan mudah dalam pengawasannya.
  4. Mendorong pemerataan pertumbuhan usaha sektor telekomunikasi.
  5. Memiliki proses transisi skema tarif BHP berbasis ISR ke basis lebar pita yang bertahap dan smooth agar tidak menimbulkan gangguan pada pola bisnis penyelenggara.

Setelah tahun 2006, BHP frekuensi untuk penyelenggaraan telekomunikasi bergerak seluler maupun untuk penyelenggaraan telekomunikasi data dengan pita lebar (Broadband Wireless Access / BWA) menggunakan BHP frekuensi berdasarkan pita yang ditetapkan melalui mekanisme lelang. Dimulai pada awal 2006 Pemerintah menetapkan alokasi spektrum frekuensi dengan pembayaran BHP berdasarkan pita untuk penyelenggaraan telekomunikasi bergerak 3G pada pita 2,1 GHz dengan mekanisme lelang. Dan selanjutnya pada tahun 2009 Pemerintah menetapkan alokasi spektrum frekuensi untuk penyelenggaraan jaringan tetap lokal berbasis packet switched pada pita frekuensi 2,3 GHz dengan pembayaran BHP berdasarkan pita dengan mekanisme lelang. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka Ditjen Postel memandang perlu merumuskan kebijakan baru dalam penerapan BHP frekuensi yang berdasarkan lebar pita untuk menyesuaikan pembayaran BHP frekuensi untuk penggunaan frekuensi untuk penyelenggaraan jaringan bergerak seluler maupun FWA yang masih berdasarkan pada Ijin Stasion Radio (ISR).

Penyesuaian BHP ISR menjadi BHP Pita yang di atur dalam white paper ini ditujukan bagi para penyelenggara bergerak seluler 850/900/1800 MHz dan FWA 850 MHz dimana pengecualian diberlakukan kepada:

  1. Penyelenggara bergerak seluler dengan alokasi pita frekuensi 450 MHz. Hal ini dikarenakan pada pita frekuensi 450 MHz belum dapat diselesaikan pembebasan frekuensi dari pengguna frekuensi lain yang berizin dan tidak semua kanal di frekuensi 450 – 457.5 MHz yang berpasangan dengan 460 – 467.5 MHz sudah tersedia perangkat infrastruktur maupun perangkat terminalnya.
  2. Penyelenggara yang masih menduduki pita frekuensi PCS1900, dimana sesuai dengan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika No. 7 /PER/M.KOMINFO/2/ 2006 sudah menjadi izin pita radio mulai Januari 2008.

Melalui white paper ini, pemerintah bermaksud untuk memperkenalkan regulasi mengenai penyesuaian BHP ISR menuju BHP PITA untuk diterapkan kepada para pengguna pita spektrum frekuensi radio sesuai amanat Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor : 17/PER/M.KOMINFO/9/2005 tentang Tata Cara Perizinan Dan Ketentuan Operasional Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio pasal 30 ayat 2 yaitu ” Pemegang ISR eksisting yang memiliki alokasi pita frekuensi tertentu yang sesuai dengan penggunaan frekuensi radio wajib menyesuaikan ISR menjadi izin pita frekuensi radio yang pelaksanaannya akan dilakukan secara bertahap selambatlambatnya dalam waktu 5 (lima) tahun sejak ditetapkannya Peraturan Menteri tersebut”. Pembahasan BHP frekuensi berdasarkan lebar pita telah dilaksanakan sejak tahun 2007, dengan melibatkan para penyelenggara bergerak seluler dan FWA, perguruan tinggi, melalui sejumlah diskusi dan workshop, serta masukan narasumber nasional maupun internasional. Pada tahun 2009, telah dilakukan pembahasan secara lebih komprehensif dan rinci dengan melibatkan konsultan ahli yang didukung melalui program IndII ( Indonesian Infrastructure Initiative ).

Beberapa permasalahan yang dihadapi pada penerapan BHP ISR adalah:

  1. Perhitungan tarif BHP berbasis ISR tidak mendorong terjadinya pemanfaatan frekuensi secara optimal, karena lebar pita yang dialokasikan kepada penyelenggara tidak secara langsung mencerminkan BHP yang harus dibayar.
  2. Tarif BHP berbasis ISR memerlukan pengendalian/pengawasan yang kompleks/tidak sederhana bagi regulator, sehingga biaya manajemen spektrum menjadi tinggi.
  3. Tarif berbasis ISR tidak mendorong penyelenggara untuk mempercepat pembangunan (ekspansi) dan usaha untuk memperbaiki kualitas jaringan.
  4. Tarif berbasis ISR juga mendorong penyelenggara untuk memusatkan pembangunannya hanya di daerah-daerah padat dengan potensi pendapatan yang besar, serta menghindari pembangunan di daerah-daerah yang potensi pendapatannya rendah mengingat biaya yang dikeluarkannya sama saja, bahkan dapat menjadi lebih mahal.
  5. Penyelenggara harus memberikan tarif jasa telekomunikasi yang semakin terjangkau bagi masyarakat, perlu diimbangi dengan penerapan beban BHP frekuensi yang seimbang dan wajar untuk pola bisnis penyelenggara.
  6. Beban BHP frekuensi bagi penyelenggara yang cepat membangun akan terus naik sesuai dengan pertumbuhan BTS/pemancar, sehingga suatu saat akan mencapai keadaan dimana beban BHP frekuensi menjadi faktor yang memberatkan kewajaran pola bisnis bagi penyelenggara.
  7. Perkembangan teknologi seperti frekuensi hopping menimbulkan perdebatan ( dispute ) dalam menentukan BHP frekuensinya.
  8. Pembayaran BHP ISR, tidak menganut asas technology neutral, karena formula BHP ISR mengandung besaran-besaran yang tergantung pada teknologi yang dipakai.
  9. Indoor coverage , penggunaan repeater dan sektorisasi sulit diawasi dan tidak mudah untuk diinventarisasi. Hal ini juga berpotensi menimbulkan perdebatan dalam menentukan kewajiban BHP frekuensinya yang membutuhkan waktu dan melibatkan banyak sumber daya.

Dengan disusunnya kebijakan BHP Pita melalui white paper ini, Pemerintah bertujuan untuk :

  1. Mendorong penggunaan spektrum frekuensi secara efektif dan efisien.
  2. Mendorong percepatan dan pemerataan pembangunan.
  3. Menghasilkan Formula tarif BHP yang sederhana, netral terhadap perubahan dan penerapan teknologi pada pita yang sama serta tidak memerlukan pengawasan dan pengendalian yang kompleks.
  4. Memudahkan manajemen spektrum frekuensi dan memberikan pemasukan PNBP yang rasional, lebih pasti dan terencana dengan baik.
  5. Memberikan insentif kepada penyelenggara untuk memperbaiki jaringan nya tanpa harus dibebani BHP tambahan.
  6. Mengoptimalkan PNBP bagi penggunaan spektrum frekuensi eksklusif seperti penggunaan frekuensi oleh penyelenggaraan telekomunikasi bergerak selular/FWA yang selama ini memberikan kontribusi yang cukup besar dari total PNBP BHP frekuensi.
  7. Menyusun suatu tarif BHP Pita frekuensi untuk layanan bergerak selular dan FWA, sesuai amanat PM.17/2005 berdasarkan lebar pita yang dihitung berdasarkan penyesuain dari BHP ISR.

Penerapan penyesuaian BHP ISR menjadi BHP Pita diterapkan untuk pita frekuensi dari penyelenggara seluler dan FWA terlebih dahulu. Sedangkan bagi penggunaan pita frekuensi radio lainnya proses penyesuaiannya akan dilaksanakan kemudian.

—————

Kepala Pusat Informasi dan Humas Departemen Kominfo (Gatot S. Dewa Broto, HP: 0811898504, Email: gatot_b@postel.go.id, Tel/Fax: 021.3504024).



dikutip langsung dari http://www.depkominfo.go.id/berita/siaran-pers-no-200pihkominfo102009-tentang-konsultasi-publik-“white-paper”-penerapan-biaya-hak-penggunaan-berdasarkan-lebar-pita-bhp-pita-pada-penyelenggara-telekomunikasi-selul/

Penerapan Biaya Hak Penggunaan Berdasarkan Lebar Pita Pada Penyelenggara Telekomunikasi Seluler dan Fixed Wireless Access (FWA)


Sebagai orang awam, saat pertama kali mendengar CDMA adalah identik dengan harganya yang murah. Tapi tampaknya itu semua akan berakhir semenjak Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menggodok Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) pola penarikan Biaya Hak Penyelenggaraan (BHP) frekuensi berbasis pita. Draf white paper dari RPP itu sudah disosialisasikan sejak tahun lalu ke para pelaku usaha. Dalam draf itu, disebutkan BHP berbasis pita seharusnya dilaksanakan pada tahun ini dengan masa transisi lima tahun ke depan.

BHP berbasis pita adalah penarikan biaya frekuensi radio berdasarkan lebar pita (bandwidth) untuk semua jenis izin penyelenggaraan. Sedangkan saat ini yang berlaku adalah BHP berdasarkan Izin Stasiun Radio (ISR) yang besaran BHP-nya frekuensi sangat bergantung pada jumlah pemancar stasiun radio. Oleh karena itu, tidak akan ada lagi pembedaan fixed wireless access (FWA) dengan seluler. Salah satu konsekuensi penerapan BHP berbasis pita adalah berlakunya Unified Access (UA).

Pemanasan berlakunya UA sudah terlihat dari keluarnya Peraturan Menteri (PM) No 01/2010 tentang Penyelenggaraan Jaringan Telekomunikasi yang dianggap sebagai antisipasi jika BHP Pita berlaku, FWA akan dilikuidasi. Payung hukum kemunculan layanan FWA adalah Kepmenhub No 35/2004 tentang Penyelenggaraan Jaringan Tetap Lokal Tanpa Kabel dengan Mobilitas Terbatas. Bila merujuk aturan itu, disebutkan layanan ini adalah jasa telekomunikasi yang memiliki wilayah layanan sesuai dengan kode areanya. Di Indonesia penyelenggara FWA adalah Telkom Flexi, Indosat StarOne, Bakrie Telecom (esia), dan Mobile-8 (Hepi).

Identiknya FWA dengan teknologi Code Division Multiple Access (CDMA) tak bisa dilepaskan dari keinginan pemerintah yang berkeinginan untuk mengembangkan jaringan tetap lokal (Jartaplok) secara masif. Namun, pemilihan teknologi inilah yang dianggap simalakama karena CDMA 2000 di International Telecommunication Union (ITU) sudah dikategorikan sebagai IMT-2000 atau 3G. Tetapi, karena izin dikantongi pemain Jartaplok, maka teknologinya dipasung tidak boleh roaming dan tidak boleh bergerak diluar kode wilayah. Sebagai kompromi, kompensasi membayar BHP frekuensi dan interkoneksi FWA lebih rendah daripada jaringan seluler. Kabarnya hanya seperdelapan dari BHP seluler.

Menanggapi hal itu, Heru mengakui, jika sistem UA dijalankan, maka terjadi perubahan di tarif ritel. “Tetapi harus disadari kalau sebenarnya tarif FWA itu tidak murah. FWA itu hanya murah untuk jasa SMS,” katanya. Heru memprediksi, jika UA dijalankan maka yang terjadi adalah layanan FWA hanya dijadikan semacam fitur saja oleh operator karena pemain seluler pun bisa menyelenggarakan layanan tersebut. “Nanti kondisinya seperti di India. Ini tak bisa dihindari lagi karena syarat dari era konvergensi,” katanya.

Referensi:

http://bataviase.co.id/node/89119

http://www.depkominfo.go.id/berita/siaran-pers-no-200pihkominfo102009-tentang-konsultasi-publik-“white-paper”-penerapan-biaya-hak-penggunaan-berdasarkan-lebar-pita-bhp-pita-pada-penyelenggara-telekomunikasi-selul/

Evdo Rev. B, Babak Baru dalam Jaringan Broadband CDMA


69838_menara_bts_wimaxTeknologi EVDO merupakan layanan akses Wireless Internet Broadband berkecepatan tinggi sebagai jawaban atas trend permintaan pasar akan pemanfaatan dan penggunaan data via internet dalam komunikasi global yang terus meningkat. Dalam perjalanannya, teknologi Mobile Broadband CDMA (Code Division Multiple Access) terus mengalami evolusi dalam meningkatkan kinerjanya.

Bagaimana perjalanan perkembangan teknologi mobile broadband CDMA ini ?

Setidaknya, ada empat tahapan penting dalam perkembangan teknologi tersebut. Yaitu CDMA2000-1x, EV-DO Revision 0 (bacanya zero ya bukan “o”), EV-DO Revision A (Rev A), serta yang paling mutakhir adalah EV-DO Revision B.

  • CDMA2000-1X adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan generasi layanan mobile canggih yang menyediakan komunikasi suara dan data berkecepatan tinggi konektivitas, termasuk akses ke Internet, aplikasi data mobile dan konten multimedia.
  • EV-DO Rev 0 (Evolution-Data Optimized) memperkenalkan kecepatan tinggi baru packet-switched teknik transmisi yang secara khusus dirancang dan dioptimalkan untuk data-centric jaringan broadband yang dapat memberikan kecepatan data puncak melampaui 2 Mbps dalam lingkungan mobile.
  • EV-DO Rev A adalah suatu evolusi dari EV-DO Rev 0 yang meningkatkan tingkat puncak pada maju mundur dan link untuk mendukung wide-variety of symmetric, delay-sensitif, real-time, dan secara bersamaan suara dan aplikasi data broadband. Dengan kecepatan uplink lebih simetris memungkinkan pengguna untuk mengirim file besar, email dengan lampiran, resolusi tinggi foto dan video pribadi dari perangkat mobile mereka.
  • EV-DO Rev B merupakan langkah evolusi Rev A yang terdiri dari upgrade software yang menggabungkan beberapa EV-DO Rev A channel untuk memberikan kinerja yang lebih tinggi untuk pengiriman multimedia, bi-directional pengiriman data dan VoIP berbasis layanan bersamaan seperti VoIP, push-to-talk, video telephony, suara dan multimedia secara simultan, dan multiplayer online game.

Untuk menikmati layanan EVDO Rev B melalui modem ZTE yang ditawarkannya, pelanggan Smart akan dikenai biaya Rp 450 ribu per bulan. Biaya ini sudah termasuk biaya akses tanpa batas selama setahun dan GRATIS modem bila berlangganan selama 12 bulan.

speedtest1Untuk menunjang perkembangan teknologi mobile broadband CDMA yang begitu pesat, layanan Mobile Broadband Smart menggunakan modem wireless CDMA (Code Division Multiple Access) contoh: ZTE USB Modem AC2726 yang didukung teknologi terkini EVDO Rev-A. Teknologi ini baru pertama kali diterapkan di Indonesia sehingga pada peluncurannya tercatat di MURI ( Museum Rekor Dunia Indonesia ) dalam kategori “yang pertama” di Indonesia, sebagai “Operator Telekomunikasi CDMA Pertama Yang Meluncurkan Teknologi EVDO (Evolution Data Only) Rev. A untuk Telekomunikasi Nirkabel Secara Komersial” pada tahun 2008 yang lalu.

Kemampuan data koneksi Mobile Broadband Smart ini sangat handal karena memiliki koneksi khusus yg terdedikasi untuk data, yang terpisah dari koneksi suara. Kecepatan akses download Mobile Broadband Smart mencapai 3.1 Mbps dan kecepatan uploadnya hingga 1.8 Mbps. Dengan layanan Mobile Broadband Smart ini diharapkan para internet user dapat berkomunikasi kapan pun dan dimana pun mereka berada dengan akses berkecepatan tinggi (EVDO).

Untuk menunjang mobilitas Anda, Smart juga menyediakan ponsel Smart E329 (bacanya pakai bhs indonesia aja E tiga dua sembilan). Pertama di Indonesia Hape dual on GSM-CDMA 3.5G bisa nyambung terus tanpa ganti hape sekaligus internetan super cepat. Menggunakan teknologi CDMA 2000 1x EVDO Rev A yang memungkinkan upload hingga 3.1 Mbps dan download hingga 1.8 Mbps. Selain itu hape touch screen ini dapat juga di jadikan modem dan memiliki link langsung ke facebook.

Nikmati kemudahan & kenyaman akses internet dimana saja dengan Hape Dual On GSM- CDMA 3.5G dengan Paket Prabayar Rp 1.360.000 (belum termasuk PPN). Bonus Akses data UNLIMITED untuk 100 hari. Bonus diberikan dengan kecepatan PLATINUM (maks Download 3.1 Mbps dan Upload maks 384 Mbps).

Bagi profesional yang mobile dan membutuhkan akses internet cepat? hadir solusi dari smart, hape all in one, Windows Phone EVDO N75 (bacanya pakai bhs indonesia aja N tujuh lima)yang memiliki semua yang Anda butuhkan untuk kenyaman berkerja dengan kecepatan download hingga 3.1 Mbps.

Microsoft Windows Mobile Professional 6.1, Office Mobile, Office dan PDF Reader, wifi, bluetooth, serta GPS hanya beberapa alasan mengan kami sebut hape ini All in one! Windows Phone ini juga dilengkapi dengan kamera 3.2 MP dengan auto fokus, tombol QWERTY, FM Radio dan layar sentuh untuk kemudahan Anda.

Sekalipun sudah diluncurkan layanan EVDO Rev B, bukan berarti teknologi generasi sebelumnya mereka tinggalkan. Smart Telecom tetap mengoperasionalkan teknologi EVDO Rev A. yang banyak diminati oleh masyarakat Indonesia. Selain menyediakan jaringan mobile broadband, Smart juga menyediakan berbagai device untuk menikmati akses internet berkecepatan tinggi.

Dikutip langsung dari http://techno-mobile.net/?p=1720

Sekilas info tentang CDMA 20001x EV-DO



Definisi CDMA
CDMA( Code Division Multple Access) adalah teknik akses jamak yang menggunakan kode tertentu untuk membedakan user yang satu dengan yang lainnya. Teknologi ini pertama kali dikeluarkan Telecommunication Industry Association (TIA) dengan adanya institusi Qualcomm sebagai motor pengembangnya.
Pseudo Random Code Sequence adalah teknik yg digunakan untuk memberikan kode yg unik pada masing-masing user dalam waktu dan spektrum frekuensi yang sama. Direct Sequence Code (DCS) akan di assign ke setiap user apabila terjadi panggilan sekaligus mengurangi kemungkinan interferen dan dapat melakukan frekuensi re-use antar cell yang berlangsung secara berdampingan. Masing-masing kode adalah layer dan secara simultan ditransmisikan ke seluruh carrier. Disinilah keunikan CDMA yaitu kemampuanya dalam meng-handle sejumlah panggilan dengan carrier yang terbatas.


Sejarah Singkat CDMA

Pada awalnya teknik CDMA disebut CDMA one yang merupakan teknologi 2G. atau versi revisinya yaitu IS-95A yang menjadi basis sistem komersial CDMA 2G di seluruh dunia. Dengan kecepatan koneksi 14,4 Kbps. Kemudian CDMA berevolusi menjadi IS-95 B (2,5G) dengan menawarkan kecepatan 64 Kbps. Kelanjutan evolusi 3G CDMA dikenal dengan CDMA 20001x yang memiliki kapasitas suara dua kali lipat dari CDMA one dan mengalirkan kecepatan data maksimal 307 Kbps untuk keadaan mobile. Selanjutnya CDMA 20001x EV-Data Only (3G) dapat mengirimkan data sampai 2,4 Mbps sehingga mendukung aplikasi konferensi video. Versi lainnya adalah CDMA 20001x EV-DV yang mengintegrsikan voice dan layanan multimedia data paket berkecepatan tinggi secara simultan pada kecepatan 3,09 Mbps.

Ciri-ciri CDMA:

Menggunakan Coding:

- Satu ruang dalam sejumlah pasangan

- Udara sebagai media

- Menggunakan coding system

- user lain dapat bergabung bersama sampai noise tertentu

Spread Spectrum Technology:

- Pseudo reandom Modulation

- Anti Jamming

- Low Probability Intercept

Teknik yang digunakan untuk modulasi sinyal CDMA:


- Direct Sequence yaitu memodulasi carrier menggunakan kode digital dengan bit rate lebih tinggi dari BW sinyal informasi.




- Frekuensi Hoping yaitu meng-copy carrier radio dari frekuensi ke frekuensi dalam beberapa detik.



CDMA membutuhkan tingkatan sinkronisasi yang tinggi antar Base Station. Kode digital yang di-assign pada tiap user, ditambahkan suatu spesial kode (Pseudorandom Noise) pada signal yang berulang setelah waktu yang tertentu. Antara Base Station dalam satu sistem dibedakan dengan trasmisi yang berbeda kode dari waktu yang diberikan. BS mengirim versi time offset (waktu pengganti) dengan pseudo random number yang sama. Bahasa masing-masing pasangan menjadi FILTER. Kita dapat terus menambahkan pasangan yang berbicara dalam bahasa yang berbeda sampai batas background noise (interferensi dari user lain). Dengan pengontrolan volume suara/signal dari seluruh untuk tidak melebihi dari yang dibutuhkan, maka kita akan mendapat banyak user per- carrier. jumlah maksimum user per-cerrier tergantung pada jumlah aktifitas masing-masing carrier tergantung kepada jumlah aktifitas masing-masing carrier dan hal ini tentunya tidak pasif.

Pada CDMA voise dan data ditransmisikan dengan carrier 1,25Mhz. Jumlah channel yang dibutuhkan pada masing-masing cell site tergantung pada:

A. Jumlah trafik

B. Data

C. Soft Handoff dari sistem

Struktur kanal pada CDMA 2000 1X terbagi menjadi dua arah dari BS ke MS. Kanal fisiknya dibedakan menjadi kanal dedicated dan common. Dedicated Physical Channel (DPHCH) merupakan kumpulan semua kanal fisik yang membawa informasi yang sifatnya point to point antara BS dan MS. Sedangkan common physical channel (CPHCH) merupakan kumpulan semua kanal fisik yang membawa informasi akses, sifatnya point to point, multi point antara BS dan MS.


Kanal CDMA terdiri dari ”LOGICAL CHANNEL”, yaitu:

A. Kanal Trafik Forward.

Kanal trafik ini membawa Phone call yang sesungguhnya dan membawa voice dan power control informasi MS dari BS ke pesawat pelanggan. Forward channel meliputi power control dan power bit control yang berfungsi untuk meminta MS untuk menaikkan atau menurunkan daya yang dipancarkan. Panjang frame forward channel sebesar 20 ms yang dibagi menjadi 16 channel, besar tiap channelnya 1.25 ms. Tiap power control channel mempunyai bit control power, dimana kecepatan dari reverse fast powernya adalah 800 bps.

Fungsi dari forward channel

1. F-PICH (Forward Pilot Channel)

a) Mengirimkan sinyal yang diterima oleh MS ke pilot channel

b) Menyediakan channel gains dan phase estimation

c) Mendeteksi multi-path signals

d) Menerima cell forward channel dan handoff

2. F-TDPICH (Forward Transmit Diversity Pilot Channel)

a) Bekerja bersama-sama dengan F-PICH

3. F-ATDPICH (Forward Auxiliary Transmit Diversity Pilot Channel )

a) Beam shaping

b) Supporting the application of a smart antenna

4. F-BCCH (Forward Broadcast Control Channel)

Berfungsi untuk meneruskan dan menyebarkan informasi yang ditransmisikan oleh F-PCH pada sistem IS-95 oleh Base Station. F-BCCH dapat bekerja secara discontinues. Dapat ditransmisikan secara berulang-ulang saat F-BCCH transfer datanya lambat. Untuk mengurangi daya pancarnya. Bersama-sama dengan F-CCH mentransmisikan sinyal secara berulang-ulang, sehingga MS menerima time diversity gain dengan cara mengkombinasikan kedua kanal tersebut dengan sinyal informasi. Base Station dapat menyesuaikan kapasitas yang berlebih dengan cara mengurangi kekuatan daya pancarnya

5. Q-PCH (Forward Quick Paging Channel)

Quick Paging Channel adalah sinyal modulasi-OOK yang dapat dimodulasikan oleh MS secara cepat dan mudah. Tiap channel mengambil 80 ms sebagai QPCH time slotnya. Tiap-tiap time slotnya dibagi lagi menjadi paging indicator, configurasion change indicator dan broadcast indicator, ketiganya digunakan untuk menginformasikan MS untuk menerima paging message, broadcast message atau sistem parameter F-CCCH atau F-PCH


B. Kanal Trakfik Reverse

Kanal ini membawa setengah phone call lainnya yang aktif, membawa voice dan power control informasi dari MS ke BS Fungsi R-ACH,R-FCH,R-SCCH dama seperti pada IS-95. fungsi dari Reverse Pilot Channel(R-PICH) untuk menginisialisasi sinyal, tracing, reverse coherent demodulation, power control measurement.



C. Kanal Pilot

Kanal Pilot sering disebut dengan Up dan Down link. Digunakan oleh pesawat pelanggan untuk mendapatkan inisial sistem sinkronisasi dan membedakan cell site yaitu mengenal dan mensinkronkan kode generator yang dikirim dari BTS. Setiap sektor dari masing-masing call site memiliki kanal pilot yang unik. Kanal pilot pada MS juga menyediakan time, frekuensi dan phase tracking signal dari cell site.

D. Kanal Sync

Menyediakan MS dengan network information yang berhubungan dengan identifikasi cell site, pilot transmit power dan cell set PN Offset dengan informasi tersebut, MS dapat menetapkan sistem time sesuai dengan level transmit power yang digunakan untuk memulai suatu call.

E. Kanal Paging

Menyediakan komunikasi BS ke MS.dari kanal ini BS dapat mempaging MS dan dapat mengirim call set-up dan penempatan kanal trafik informasi.

F. Kanal Access

Menyediakan komunikasi dari MS ke BS ketika MS tidak menggunakan areal trafik. Kanal access hanya terdapat direverse link. Areal access digunakan pada permukaan call dan juga untuk merespon paging, order dan permintaan registrasi.


A. Kelebihan CDMA 2000-1X :

1) Sebagai teknologi, CDMA sangat tahan terhadap gangguan cuaca dan interferensi, karenanya noise CDMA sangat rendah sehingga menghasilkan kualitas suara yang sangat baik. Bahkan dalam hujan yang sangat lebat pun kualitas suaranya masih dalam batas yang masih dapat ditoleransi.

2) CDMA tidak dapat digandakan (dikloning) karena setiap pelanggan diberikan kode yang berbeda (unik). Kode-kode ini sangat sulit dilacak karena bersifat acak.

3) Daya pancarnya yang sangat rendah (1/100 GSM) memungkinkan hand phone CDMA irit dalam mengonsumsi baterei, sehingga dapat beroperasi lebih lama untuk bicara maupun stand by.

4) Kapasitas pelanggan per BTS CDMA dapat mencapai 6000 (10 kali GSM). Hal ini disebabkan CDMA lebih irit dalam pemakaian frekuensi. Semua BTS CDMA beroperasi pada frekuensi yang sama, sehingga tidak memerlukan penghitungan yang rumit dalam menyusun konfigurasinya. Besarnya kapasitas per BTS membuat biaya investasi yang dikeluarkan sangat rendah. Selain itu CDMA-2000(1X) beroperasi pada spectrum frekuensi 800 MHz. Hal ini akan membuat luas coverage BTS-nya jauh lebih besar dari GSM. Sehingga hanya memerlukan lebih sedikit BTS untuk mengcover luas yang sama jika dibandingkan dengan GSM.

5) CDMA-2000(1X) dapat mengirim data dengan kecepatan hingga 144 Kbps, sementara GSM 9,6 Kbps. Sehingga dapat mendukung layanan SMS, MMS, main game dan down load data melalui internet.

B. Kelebihan lainnya adalah :

1) Mendukung untuk Adaptive Antenna Arrays ( AAA )

Teknik ini adalah untuk mengoptimalkan antena pattern pada Mobile Station. Hal ini akan memungkinkan penggunaan spektrum yang efektif dan akan menambah jumlah kapasitas.

2) CDMA mempunyai internal sistem untuk sinkronisasi pada Base Station, sehingga tidak membutuhkan eksternal sinkronisasi seperti GPS (Global Positioning System). Hal ini mempunyai masalah jika implementasi Base Station dilakukan pada daerah rawan covergae satelit GPS seperti shoping center atau di subways suatu gedung.

3) Mendukung untuk Hierarchical Cell Structures ( HCS )

CDMA mendukung HCS dengan memperkenalkan metode handoff diantara carrier CDMA yang diberi nama Mobile Assisted Inter-Frequency Hand-off ( MAIFHO ).

4) Mendukung untuk deteksi multi user. Deteksi multi user akan membatasi interferensi pada suatu cell dan memperbaiki kapasitas.




Komponen Jaringan CDMA 20001x EV-DO :

A. Mobile Station (MS)

Mempunyai fungsi utama untuk membentuk, memelihara hubungan (voice dan data) dengan jaringan. MS membentuk hubungan dengan meminta kanal radio dari AN. Setelah hubungan terbentuk MS bertanggung jawab untuk menjaga kanal radio tersebut dan melakukan buffer paket jika kanal radio sedang tidak tersedia. MS biasanya mendukung enkripsi dan protokol seperti Mobile IP dan Simple IP.

B. BTS ( Base Transceiver Station )

Berfungsi sebagai antar muka yang menghubungkan antara MSC dengan pelanggan dan bertanggung jawab untuk mengalokasikan daya yang digunakan oleh pelanggan. BTS terdiri dari perangkat radio yang digunakan untuk mengirim dan menerima sinyal CDM. Mengontrol aspek-aspek dalam system yang berhubungan performasi jaringan. BTS mengontrol forward power ( dialokasikan untuk traffic overhead dan soft handoff ) dan penggunaan kode Walsh.

C. BSC ( Base Station Controller ) untuk 2B

Bertanggung jawab mengontrol semua BTS yang ada di daerah cakupannya, mengatur rute paket data dari BTS ke PDSN (Packet Data Service Node) atau sebaliknya.

BSC untuk 3G atau Radio Network (RN)

Terdiri dari dua komponen yaitu Packet Control Function (PCF) dan Radio Resources Control (RRC). Fungsi utama PCF adalah untuk membentuk, memelihara dan membubarkan hubungan dengan PDSN. PCF berkomunikasi dengan RRC untuk meminta dan mengatur kanal radio untuk menyampaikan paket dari dan ke MS. PCF juga bertanggung jawab mengumpulkan informasi akunting dan meneruskannya ke PDSN. RRC mendukung otentikasi dan otorisasi MS untuk mendapatkan akses radio. RRC juga mendukung enkripsi air interface bagi MSMSC ( Mobile Switching Center) sering juga disebut interface antara BSC-BSC dengan PSTN dan jaringan data (ISDN ) melalui gateway MSC ( G-MSC ).

D. Packet Data Serving Node (PDSN)

PDSN melakukan bermacam-macam fungsi. Fungsi utamanya melakukan routing paket jaringan ke IP atau HA. PDSN memberikan alamat IP dinamik dan menjaga sesi Point-To-Point Protocol (PPP) ke MS. PDSN memulai otentikasi, otorisasi dan akunting ke AAA untuk sesi paket data. Sebagai balasannya PDSN menerima parameter-parameter profil pelanggan yang berisi jenis-jenis layanan dan keamanan.

E. Home Agent (HA)

HA berperan dalam implementasi protokol Mobile IP dengan meneruskan paketpaket ke PDSN dan sebaliknya. HA menyediakan keamanan dengan melakukan otentikasi MS melalui pendaftaran Mobile IP. HA juga menjaga hubungan dengan AAA untuk menerima informasi tentang pelanggan

F. Authentication, Authorization and Accounting (AAA)

AAA mempunyai peran yang berbeda-beda tergantung pada tipe jaringan dimana dia terhubung. Jika AAA server terhubung ke service provider network, fungsi utamanya adalah melewatkan permintaan otentikasi dari PDSN ke Home IP network, dan mengotorisasi respon dari home IP network ke PDSN. AAA juga menyimpan informasi akunting dari MS dan menyediakan profil pelanggan dan informasi QoS bagi PDSN. Jika AAA server terhubung ke home IP network, dia melakukan otentikasi dan otorisasi bagi MS berdasarkan permintaan dari AAA lokal. Jika AAA terhubung ke broker network, dia meneruskan permintaan dan respon antara service provider network dan home IP network yang tidak mempunyai hubungan bilateral.

G. MSC ( Mobile Switching Center )

Sering juga disebut interface antara BSC BSC dengan public voice ( PSTN ) dan jaringan data ( ISDN ) melalui gateway MSC ( G-MSC ).

H. HLR (Home Local Register)

Berfungsi untuk meyimpan seluruh data pelanggan misalnya IMSI, data lokasi user, Shared Secret Data (SSD) semua user, dan informasi lain yang spesifik bagi tiap user Pusat autentifikasi (AuC) Pusat penyimpanan untuk Electronic Serial Number (ESN) tiap user teregistrasi.

I. Router

Berfungsi untuk merutekan paket data ke dan dari berbagai macam elemen jaringan CDMA2000. Router bertanggung jawab untuk mengirim dan menerima paket jaringan internal atau sebaliknya. Untuk menjamin keamanan ketika berhubungan dengan aplikasi data kejaringan luar, maka diperlukan fire wall.


Referensi
[1] Sumita Kasera, Nishit Narang, 3G Mobile Networks, McGrow-Hill. Yew York, 2005
[2] Clint Smith, Daniel Collins, 3G Wireless Network, Mc Grow-Hill TELECOM, Ney York 2002
[3] Ramjee Prasad, Marina Ruggieri, Technology Trends in Wireless Communication, Artech House,Boston, London, 2003
[4] William C.Y.Lee, Mobile Cellular Telecommunication, McGrow-Hill, Yew York, 1995